Pernahkah kita mengalami hal-hal berikut:
Kita lupa membawa payung, sehingga ketika hujan deras mengguyur kita basah
kedinginan.
Namun, ketika kita mempersiapkan jas hujan malah matahari terik membakar
kulit.
Sebalkah kita dengan hal itu?
Atau mungkin
kita pernah begitu terburu-buru mengejar waktu, tetapi lalu-lintas
tersendat-sendat seolah membiarkan kita terlambat.
Namun, ketika
kita ingin melaju tenang, pengendara belakang malah membunyikan klakson agar
kita mempercepat langkah. Sebalkah kita?
Huh! Mengapa
keadaan seringkali tak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan
tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?
Sadari saja,
itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum,
menertawakan diri sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul
dari kerena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan
diri sendiri. Kita lupa bahwa jika toh keinginan tak tercapai, tak ada salahnya
kita sambut dengan senyum – meski kecut, tak apalah! Atau andai keinginan kita tercapai mungkin tidak selamat
dijalan? Bukankah lebih baik kita bersahabat dengan keadaan alam yang mengajak
kita bercanda? Tersenyum dan selalu tertawa menghadapi kecutnya dunia . . . hantam
congkaknya dunia dengan senyum yang menawan. Aku yakin kita takkan pernah
bersedih. :)
14 0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Dengan Berkomentar ya! Terimakasih