Di antara tanda sikap ekstrim yang tampak jelas, selain bersikap fanatik, adalah bersangka buruk terhadap orang lain, sehingga suka melontarkan fitnah atau menuduh tanpa bukti yang kuat (Dr. Yusuf Qardhawi, Islam Ekstrem: Analisis dan Pemecahannya (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 42-46).
Ulama salafi sejati berpandangan: “Sungguh aku selalu mencarikan alasan pembenaran bagi saudaraku sampai tujuh puluh kali. setelah itu, aku berkata, ‘Mungkin masih ada alasan lain yang tidak kuketahui’.” Akan tetapi, bagi kaum ekstrim, siapa saja yang bertentangan pendapat dengan mereka segera saja mereka tuduh “telah melakukan maksiat atau bid’ah (mengada-ada dalam agama) atau telah meremehkan Sunnah Nabi”.
Contohnya, Ahmad, seorang kenalan saya di Singapura baru-baru ini menerima fatwa dari ulama “moderat” (seperti Imam Bukhari dan Ibnu Hajar) mengenai halalnya berduaan “di dekat orang-orang”. Lantas, ia dituduh “mengunakan [fatwa] itu sebagai FRAUD [penipuan] … utk bertemu perempuan isteri, janda, dara dll.” Ahmad berusaha “mengajak mereka berdialog bukan berdebat, tapi mereka menolak dgn ancaman dan fitnah.”
Sikap buruk-sangka kaum ekstrim tidak hanya tertuju kepada orang “awam” seperti Ahmad itu, tetapi juga meliputi kalangan santri dan bahkan juga ulama terkemuka. Contohnya, jika kaum santri moderat melakukan pacaran secara islami, maka kaum ekstrim menuduh bahwa mereka mengakali hukum agama.
Jika ada ulama (seperti Ibnu Qayyim, Ibnu Hazm, Yusuf Qardhawi, Abu Syuqqah, M Quraish Shihab, dll) yang mengemukakan fatwa yang di dalamnya mengandung kemudahan dan menghilangkan kesempitan, kaum ekstrim menuduh fatwa beliau menyimpang dari Alquran dan Sunnah. Demikian pula bila ada aktivis dakwah yang berbicara dengan “bahasa masa kini”, ia akan dituduh telah menghambakan diri terhadap budaya Barat.
Sesungguhnya kegemaran mereka untuk mencemarkan nama-baik orang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Kegemaran mereka untuk mengecam orang lain seraya menganggap suci diri sendiri sudah disinyalir oleh Alllah SWT: “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah [Allah] yang lebih mengetahui [siapa] orang-orang yang bertakwa.” (QS 53: 32)
Ya, bahkan Islam terlah memperingatkan dengan sekeras-kerasnya tentang buruk-sangka, baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia. Dia berfirman, “Wahai orang-orang beriman! Hindarkanlah dirimu dari kebanyakan prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (QS 49: 12)
Rasululah saw. pun bersabda, “Apabila kamu mendengar seseorang mengatakan ‘manusia telah rusak’, maka orang itulah yang paling rusak di antara mereka.” (HR Muslim)
Yusuf Qardhawi mengabarkan bahwa dalam hadits shahih dari Usamah bin Zaid diberitakan, “Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaa, maka ia telah masuk dalam Islam serta terpelihara jiwa dan hartanya. Kalau pun ia mengucapkan kalimat itu karena [merasa] takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka perhitungannya pada Allah. Sedangkan bagi kita, cukuplah dengan yang lahiriah.”
Karena itu pula, Nabi saw. mengecam Usamah ketika ia membunuh seseorang di medan perang sesudah diucapkannya kalimat syahadat. Beliau bertanya, “Engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan laa ilaaha illallaah?” Jawab Usamah, “Ia hanya mengucapkan kalimat itu karena hendak berlindung dari pukulan pedang.” Maka beliau pun bertanya lagi, “Tidakkah engkau membelah dadanya, lalu [melihat] apa yang kau perbuat dengan kalimat laa ilaaha illallaah itu?” Kemudian, ujar Usamah selanjutnya, “Tak putus-putusnya Nabi mengucapkannya, sehingga aku sangat ingin seandainya baru hari itu aku menjadi seorang muslim.” (Islam Ekstrem, hlm. 49)
Ciri-Ciri Islam Ekstrim
Unknown | 13.52 | 0
komentar
Artikel:
Jika kamu suka dengan artikelku silahkan KLIK DISINI, atau silahkan masukkan email anda dibawah ini untuk update.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
14 0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Dengan Berkomentar ya! Terimakasih