Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Jilbab Itu Indah, Manis dan Cantik (puisimu)

Unknown | 09.26 | 0 komentar
Berbahagialah kamu yang berjilbab, pertahankan jilbabmu hingga waktu tak terbatas!

Para malaikat Allah tak bertelinga,
tapi mereka mendengar suara nyanyian beribu-ribu jilbab
Para malaikat Allah tak memiliki mata,
tapi mereka menyaksikan derap langkah beribu jilbab
Para malaikat Allah tak punya jantung,
tapi sanggup mereka rasakan degub kebangkitan
jilbab yang seolah berasal dari dasar bumi Para malaikat Allah tak memiliki bahasa dan budaya, tapi dari galaksi mereka seakan-akan terdengar suara: ini tidak main-main! ini lebih dari sekedar kebangkitan sepotong kain!

Para malaikat Allah seolah sedang bercakap-cakap di antara mereka
kebudayaan jilbab itu, bersungguh-sungguhkah mereka? O, amatilah dengan teliti: ada yang bersungguh-sungguh, ada yang akan bersungguh-sungguh,
ada yang tidak bisa tidak bersungguh-sungguh
Sedemikian pentingkah gerakan jilbab di negeri itu?
O, sama pentingnya dengan kekecutan hati semua kaum yang tersingkir,
sama pentingnya dengan keputusasaan kaum gelandangan,
sama pentingnya dengan kematian jiwa orang-orang malang
yang dijadikan alas kaki sejarah

Bagaimana mungkin ada kelahiran di bawah injakan kaki Dajjal?
bagaimana mungkin muncul kebangkitan dari rantai belenggu kejahiliyahan?
O, kelahiran sejati justru dari rahim kebobrokan,
kebangkitan yang murni justru dari himpitan-himpitan
alamkah yang melahirkan gerakan itu atau manusia?
O, alam dalam diri manusia. Alam tak boleh benar-benar takluk oleh setajam apapun pedang peradaban manusia,

Alam tak diperkenankan sungguh-sungguh
tunduk di bawah kelicikan tuan-tuannya
Apakah burung-burung ababil akan menabur dari langit
untuk menyerbu para gajah yang durjana?
O, burung-burung ababil melesat keluar dari kesadaran pikiran,
dari dzikir jiwa dan kepalan tangan
Para malaikat Allah yang jumlahnya tak terhitung,
berseliweran melintas-lintas ke berjuta arah di seputar bumi
Para malaikat Allah yang amat lembut sehingga seperjuta atom
tak sanggup menggambarkannya

Para malaikat Allah yang besarnya tak terkirakan oleh matematika ilmu manusia sehingga seluruh jagat raya ini disangga di telapak tangannya
Tergetar, tergetar sesaat, oleh raungan sukma dari bumi
Para malaikat Allah seolah bergemeremang bersahut-sahutan di antara mereka
apa yang istimewa dari kain yang dibungkuskan di kepala?
O, hanya ketololan yang menemukan jilbab sekedar sebagai pakaian badan
lihatlah perlahan-lahan makin banyak manusia yang memakai jilbab, lihatlah kaum lelaki
berjilbab, lihatlah rakyat manusia berjilbab, lihatlah ummat-ummat berjilbab, lihatlah Siapapun saja yang memerlukan perlindungan, yang memerlukan genggaman keyakinan, yang memerlukan cahaya pedoman, lihatlah mereka semua berjilbab
Adakah jilbab itu semacam tindakan politik, semacam perwujudan agama,
atau pola perubahan kebudayaan?

Para malaikat Allah yang bening bagai cermin segala cermin,
seolah memantulkan suara-suara:
Jilbab ini lagu sikap kami, tinta keputusan kami,
langkah-langkah dini perjuangan kami
jilbab ini surat keyakinan kami, jalan panjang belajar kami,
proses pencarian kami
jilbab ini percobaan keberanian di tengah pendidikan ketakutan
yang tertata dengan rapi
jilbab ini percikan cahaya dari tengah kegelapan,
alotnya kejujuran di tengah hari-hari dusta
jilbab ini eksperimen kelembutan untuk meladeni jam-jam brutal dari kehidupan
jilbab ini usaha perlindungan dari sergapan-sergapan

Dunia entah macam apa, menyergap kami
sejarah entah ditangan siapa, menjaring kami
kekuasaan entah dari napsu apa, menyerimpung kami
kerakusan dengan ludah berbusa-busa, mengotori wajah kami
langkah kami terhadang, kaki kami terperosok di
pagar-pagar jalan protokol peradaban ini
buku-buku pelajaran memakan kami
tontonan dan siaran melahap kami
iklan dan barang jualan menggiring kami
panggung dan meja-meja birokrasi mengelabui kami
mesin pembodoh kami sangka bangku sekolah
ladang-ladang peternakan kami sangka rumah ibadah
mulut kami terbungkam, mata kami nangis darah

Hidup adalah mendaki pundak orang-orang lain
hari depan ialah menyuap, disuap, menyuap, disuap
kalau matahari terbit kami sarapan janji
kalau matahari mengufuk, kami dikeloni janji
kalau pagi bangkit, kami ditidurkan
ketika hari bertiup, kami dininabobokan
kaum cerdik pandai suntuk mencari permaafan atas segala kebobrokan
kaum ulama sibuk merakit ayat-ayat keamanan
para penyair pahlawan berkembang menjadi pengemis
tidak ada perlindungan bagi kepala kami yang ditaburi virus-virus
tak ada perlindungan bagi akal pikiran kami yang dibonsai
tak ada perlindungan bagi hati nurani kami yang
dipanggang diatas tungku api congkak kekuasaan
tungku api kekuasaan yang halus, lembut dan kejam

Tak ada perlindungan bagi iman kami yang dicabik-cabik dengan pisau-pisau beracun
tak ada perlindungan bagi kuda-kuda kami yang digoyahkan
oleh keputusan sepihak yang dipaksakan
tak ada perlindungan bagi akidah kami yang ditempeli topeng-topeng, yang dirajam, dimanipulir oleh rumusan-rumusan palsu yang memabukkan
tak ada perlindungan bagi padamnya matahari hak kehendak kami yang diranjau
maka inilah jilbab. inilah jilbab!

Ini furqan, pembeda antara haq dan bathil
jarak antara keindahan dengan kebusukan
batas antara baik dan buruk, benar dan salah
kami menyarungkan keyakinan dikepala kami
menyarungkan pilihan, keputusan, keberanian dan istiqamah, dinurani dan jiwaraga kami
Ini jilbab ilahi rabbi, jilbab yang mengajarkan ilmu menapak dalam irama
ilmu untuk tidak tergesa, ilmu tak melompati waktu dan batas realitas
ilmu bernapas setarikan demi setarikan, selangkah demi selangkah, hikmah demi hikmah
rahasia demi rahasia, kemenangan demi kemenangan

Para malaikat Allah yang lembut melebihi kristal, para malaikat allah yang suaranya tak bisa didengarkan oleh segala macam telinga, berbisik-bisik di antara mereka
Wahai! anak-anak tiri peradaban! anak-anak jadah kemajuan dan perkembangan!
anak-anak yatim sejarah, sedang menghimpun akal sehat
menabung hati bening, menerobos ke masa depan yang kasat mata
lautan jilbab! lautan jilbab! gelombang perjuangan, luka pengembaraan, tak mungkin bisa dihentikan wahai! sunyi telah memulai bicara!

Diciptakan oleh : caknun

Kau Puisi Dalam Sunyiku

Unknown | 20.45 | 0 komentar
terdiam aku dalam kesendirian malam
sendiri dan hanya terdiam membisu tanpa kata
merenug di kesendirian hatiku
kesunyian membawaku di ujung pekat malam

merengkuh dalam kesepian
semakin aku rasa aku hanyut dalam
ketidakpastian jalan hidupku
kenapa semua ini harus terjadi

telah banyak kita mengarungi mimpi
yang dulu ingin kita gapai
apa itu akan kau sia-siakan
lelah sejujur hati ini
namun aku hanya memikirkanmu
aku merasa kehilanganmu
kehilanganmu tlah membuatku terpaku membisu
aku hanya butuh dirimu di sampingku
bukan sosok wajah yang baru

aku hanya inginkan kamu
yang dulu pernah singggah di ruang kecil
yang kini telah menjadi sepi
kini aku mengerti
ketidak hadiran dirimu untuk ku
aku bukan milikmu lagi di hatimu

kau tlah membuang jejak-jejak manis
kenangan kita yang lalu
sebelum aku jauh melangkah ke depan
kasih semoga kau bahagia dengan jalan
yang kau tempuh
maafkan aku jika aku tak pernah sempura
tuk memberimu kebahagiaan

Terpaku Dalam Sepi

Unknown | 20.39 | 0 komentar

puisi rindu dalam sepi

 tenggelam aku dalam kesunyian
terpaku aku dalam kerinduan
kerinduan akan seseorang yg ku sayang
akankah dia akan datang
mengobati hatiku yg sedang bimbang
ku tak mau hatiku hilang
ditiup angin dan diambil orang
kuingin kau yg mimilikinya
karena kau orang yg ku sayang
ku tak mau kau menghilang


cinta ,,,
kasih dan sayang
hanya untukmu seorang ..
jangan biarkan perasaan ini terbang
hidupku kan terasa hampa jikaku tanpa dirimu ..
kau la permata hatiku ,..
penerang jalanku ..
penerang jiwaku ..
rasa rinduku padamu tak bisa lekang
sebelum kau menjadi milikku seorang
aku merindukanmu sayang ..

Kembalilah Untukku

Unknown | 20.36 | 0 komentar
Jika ada satu kesempatan
Ku ingin kembali ke masa itu
Mencoba melangkah
Melewati hari dengan tawa
Kuingin kau tetap disini
Menemaniku setiap waktu

Ku ingin bisa habiskan lebih banyak hari denganmu
Aku ingin slalu ada tangan yang siap mengandengku
Suatu tempat yang slalu siap menjadi sandaranku saatku lelah
Tempat berbagi cerita tentang kisah sehari-hari
Dari hal biasa hingga yang luar biasa

Ketika ku menangis, kau bisa menenangkanku
Ketika ku tertawa, kau bisa tersenyum bahagia bersamaku
Alunan lagu dalam hatiku belum berhenti
Lagu rindu itu masih bergema di hati
Denting irama kasih itu masih terus berlanjut
Mencoba menyapa sisi hatimu disana
Mencoba memanggilmu kembali ke hatiku
Tidakkah kau lihat aku??
Tidakkah kau dengar lagu hatiku??

Kau pernah bilang..
Ketika kurindu..ku bisa memanggil namamu..
Hatiku terus memanggil namamu..
Bahkan sudah menjerit, berteriak..
Tak dengarkah kau??
Mengapa kau tak menoleh??

Lihatlah aku..dengar panggilanku
Berlarilah ke arahku..
Genggam tanganku..
Rangkul aku..
Hapus air mataku..

Biar kita bisa melangkah bersama..
Biar kita bisa menulis kisah bersama…
Biar kita bisa melantunkan lagu bersama…
Biar melodi indah itu kembali tercipta, tersiar..
Hingga semuanya tahu..
Bahwa kau dan aku ada
Bahwa kita adalah satu..







Query search : Puisi Rindu, Puisi pendidikan, tentang pendidikan, puisi merana, cara berpuisi, puisi indah, puisi cinta, puisi romantis, puisi remaja, puisi kenangan, rindu, kerinduan, menunggu

Munafiknya Perasaan (2011)

Unknown | 11.52 | 0 komentar

Tanah tak terasa dipijak,
pandangan mata gelap dan hati mengeras..
itulah yang terjadi ketika ego menguasai hati,
dia tidak memberikan ruang sedikitpun kepada rasa cinta dan kasih sayang,
untuk berlabuh.

Hanya sesaat saja…
bagaikan kemarau setahun dihapus hujan sehari.
Kasih sayang yang dibina dengan ketulusan tidak dianggap dan lenyap begitu saja. Hujatan, makian keluar dari mulut tanpa henti,
ketidakpuasan, kelemahan menjadi senjata untuk saling memaki dan memaki.

Kemanakah hatinurani itu pergi,
dan mengapa emosi dan ego itu menguasai…?
Hati memang cinta dan terkadang mulut tak dikontrol menjadi pemicunya…
keinginan untuk menjadikan keadaan lebih baik
dan membuat orang berubah menjadikan mulut tidak terkontrol.
Semua merasa tersakiti…
Ketika disadari perubahan itu mesti dimulainya bukan untuk diinginkan saja



tAGS: Kemunafikan, Bohong, Kebohongan dan Dusta, Cinta dengan kemunafikan, Puisi Kemunafikan

Rinduku Padamu

Unknown | 11.14 | 0 komentar
Pagi itu senyap…….
Ketika Pucuk pucuk pinus terpaku bisu
Membawa jiwaku mengembara…
Hingga menembus batas lamunku

Di sini ……..
Masih Aku simpan setangkup rindu untukmu
Di sudut hati, dimana keresahan membias sendu
Hingga lelah hati temani sepiku..

Entah….
Masih sanggupkah tangan ini melukis langit
Dan menggambar garis garis pucat wajahmu
Diantara Rindu … yang hempaskan aku.
Atau biarkan saja angin menghapus Jejakmu

Mungkin..
Aku Akan terus menanti
Hingga Kau Kembali …… di sini…. !





Tags: Puisi 2012, Puisi Terbaru, Puisi Rindu, Menunggu, Puisi Kangen

Ngebel Negeri Kecilku

Unknown | 15.02 | 4komentar
Selamat datang di kotaku
Telagaku nan indah permai
Kutatap shubuhmu yang sejuk
Kuhirup belaian semilir anginmu
Dipersimpangan jalan kupandangi
Senyum yang masih kuingat
Indah nian tak terkira
Kujatuhkan hati ini untuk senyum indahnya
Masih jelas tergambar
Dalam nadi dan lubuk hati
Sejuknya, damainya, bersamamu disini
Di telaga ngebel negeri kecilku

Senyum. . .
Canda dan tawa
Tercipta tiada cacat
Seakan tak ingin kuakhiri
Saat indah melihat senyumu
Masih terus ku terdampar
Dan terus mendekam
Sampai sang waktu menentukan
Disini di negeri kecilku dilahirkan

By: cah ngebel
Ponorogo blog, telaga ngebel, ngebel, ponorogo, wisata ngebel

Senyum Adalah Harapan

Unknown | 09.57 | 3komentar
Selembut embun dishubuh ini
Begitu terasa tulus kasihmu menyentuh
Saat hati mulai gundah
Kau datang membawa segelas senyuman
            Merah senja masih tersisa
Ku ingin  lekat dalam pelukmu
Sebatas melepas rindu ini
Saat kau datang lagi setelah sekian lama
Sejengkal senja masih menanti
Saat kumulai tersenyum
Tak pernah kusangka kau kan hadir dalam anganku
Ketika harapanku mulai pupus
Ketika rasa mulai pudar
Ketika hati mulai ragu
Ketika cinta mulai sirna
Kau datang membawa keyakinan
Kau hadir membawa harapan
Harapan yang sulit tuk kugapai lagi
                Tahukah (ay)
                Kuberharap satu hal untukmu
                Kenang aku meski kau tak lagi menginginkan
                Karena kenanganlah yang tersisa meski kuberharap banyak
                Lewat tulisan tak berharga ini ku ungkapkan






By: cah ngebel

Kata-kata Terkait : Senyum,Tersenyum, puisi senyum, harapan

Daftar Kategori


close
cbox
 
Alamat: Talun | Ngebel | Ponorogo
Copyright © 2011. PUISI DAN PENDIDIKAN - All Rights Reserved
Template Modify by Cah Ngebel
Proudly powered by Blogger